Rabu, 09 September 2015

Koleksi Perpustakaan (1) Cerita Rakyat Papua




           Judul Buku     : Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia; Cerita Rakyat Papua
           Penulis            : Tuti A. Windri dan Wahyu Untara
           Penerbit          : CV. Sinar Cemerlang Abadi
           Tahun terbit     : 2007
           Status koleksi : ada; dapat dipinjam anggota 

Sekilas tentang buku :
Buku ini berisi tentang kisah-kisah atau cerita rakyat dari Papua. Ada 5 cerita rakyat yang ditulis dalam buku ini, yaitu : Panglima Caadara, Si Sakti Mamle, Nabi Wasso, Woiram, dan Dukun Beranak.

Cerita tentang Panglima Caadara berkembang di masyarakat Kiman, Papua. Caadara merupakan sosok pahlawan, panglima perang, dan pemimpin yang hebat. Kisah bermula ketika suatu hari di Desa Krademaru lahir seorang bayi laki-laki yang montok dan sehat. Wire ayah bayi itu memberi nama Caadara. Caadara tumbuh menjadi anak yang sehat dan tangkas. Ketangkasannya melebihi anak-anak sebayanya. Di bisa memanjat, berlari, meloncat, berenang lebih mahir dari teman-temannya. Hal itu membuat ayahnya bangga. Ayahnya memutuskan untuk melatih Caadara ilmu berperang.

Maka dari kecil Caadara telah dilatih segala ilmu perang yang dimiliki ayahnya. Dia diajarkan bagaimana mengendap saat menyerang musuh, menghindari musuh yang terlalu banyak, diajarkan cara berkelahi jarak dekat, memanah, memegang tombak, dan melemparkannya. Ia juga diajari cara menyembuhkan luka saat terkena senjata tajam.

Oleh karena didikan ayahnya Caadara tumbuh menjdai pemuda yang gagah, tangkas, dan pemberani. Caadara juga lulus dalam ujian keberanian dengan berburu di hutan rimba. Cadaara dan kawannya berhasil mendapatkan banyak hewan buruan. Hingga pada hari ketujuh perburuan, datang bahaya mengancam. Orang-orang dari Suku Kuala dengan jumlah lima kali lipat lebih banyak. Musuh datang dan siap berperang, namun Cadaara tidak gentar. Ia memilih tempat bertahan yang bagus. Perang pun tak terelakkan, Caadara dan teman-temannya yang berjumlah sepuluh harus berperang melawan musuh yang berjumlah lima puluh orang.

Perang yang tak seimbang membuat Caadara dan teman-temannya berperang seperti banteng terluka. Mereka berperang dengan gagah berani, tanpa mengenal rasa takut.

Caadara berperang dengan cara aneh. Dia tidak memakai perisai untuk melindungi tubuhnya, dia pun tidak menggunakan tombak atau pemukul. Dia memakai parang yang disambarkan ke setiap musuh di depannya. Jurus parang yang aneh itu ternyata sanggup merobohkan puluhan musuh dengan singkat. Melihat cara berperang Caadara yang luar biasa itu, membuat musuh gentar, takut, dan melarikan diri.

Caadara dan teman-temannya lega serta gembira. Teman-teman Caadara bangga dan kagum memiliki rekan yang hebat. Orang-orang Kampung Kramuderu sangat takjub mendengar cerita teman-teman Caadara dalam mengalahkan musuh. Mereka telah menemukan seorang calon pemimpin suku yang baru. Hal itu juga sangat membanggakan ayah Caadara, Wire.

Semenjak itu masyarakat mulai mengenal Caadara Ura, atau gaya berperang gaya Caadara. Gaya ini meliputi berbagai ragam cara beladiri tangan kosong, melemparkan senjata, menggunakan senjata, dan berlari.

Buku ini menulis cerita rakyat dengan apik, sehingga enak dibaca. Gaya bertuturnya yang lugas, singkat, dan jelas merupakan salah satu kelebihan buku ini. Kelebihan lain dari buku ini adalah adanya warna dan ilustrasi apik yang mendukung cerita menjdai lebih hidup di mata pembaca. Agar lebih tahu tentang cerita rakyat dari Papua, patutlah buku ini dipinjam dan menjadi salah satu pilihan pembaca. Jadi, selamat membaca!

Oleh: W. Murih Widodo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar